6/7.1
Konsep dan Dpengertian Kemiskinan
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini
berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak
adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah
kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Kemiskinan merupakan masalah global.Sebagian
orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang
lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah “negara berkembang” biasanya digunakan untuk merujuk
kepada negara-negara yang “miskin”.
Konsep
Kemiskinan Secara etimologis, “kemiskinan”
berasal dari kata “miskin” yang artinya tidak berharta benda dan serba
kekurangan. Departemen Sosial dan Badan Pusat Statistik mendefinisikan
kemiskinan dari perspektif kebutuhan dasar. Kemiskinan didefinisikan sebagai
ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup
layak (BPSdan Depsos, 2002). Lebih jauh disebutkan kemiskinan merupakan sebuah
kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk
makanan dan non-makanan yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas
kemiskinan (poverty treshold).
Konsep
kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan
relatif. David Harry Penny (1990:140) mendefinisikan kemiskinan absolut dalam
kaitannya dengan suatu sumber-sumber materi, yang dibawahnya tidak ada
kemungkinan kehidupan berlanjut; dengan kata lain hal ini adalah tingkat
kelaparan. Sedangkan kemiskinan relatif adalah perhitungan kemiskinan yang
didasarkan pada proporsi distribusi pendapatan dalam suatu negara. World Bank
(BPS dalam Haryati, 2003:95) menyusun ukuran kemiskinan relatif yang sekaligus
digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan, yaitu dengan membagi penduduk
menjadi tiga kelompok: (1) kelompok 40% penduduk berpendapatan rendah, 40%
penduduk berpendapatan menengah dan 20%
penduduk berpendapatan tinggi.
6/7.2
Garis kemiskinan
Garis Kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan
yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar
hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi
atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan)
lebih tinggi di negara maju daripada di negara
berkembang.
Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat
yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi
yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan
pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan
dan asuransi pengangguran
untuk menanggulangi kemiskinan.
6/7.3
Penyebab dan dampak kemiskinan
Penyebab Kemiskinan
Penyebab
kemiskinan menurut Kuncoro (2000:107) sebagai berikut :
1.
makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang,
penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan
kualitasnya rendah
2.
kemiskinan
muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas sumber
daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnyapun rendah
3.
kemiskinan
muncul sebab perbedaan akses dan modal
Sendalam ismawan (2003:102) mengutarakan bahwa
penyebab kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat
keterbatasan dan ketertiadaan akses manusia mempunyai keterbatasan (bahkan
tidak ada) pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali menjalankan apa
terpaksa saat ini yang dapat dilakukan (bukan apa yang seharusnya dilakukan).
Dengan demikian manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan,
akibatnya potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat.
Kemiskinan juga muncul karena adanya perbedaan
kualitas sumber daya manusia, karena jika kualitas manusianya rendah pasti akan
mempengaruhi yang lain, seperti pendapatan. Tapi itu hanyalah masalah klasik.
Sekarang penyebab kemiskinan adalah karena tidak mempunyai uang yang banyak.
Orang yang mempunyai uang banyak, mereka dapat meningkatkan kualitas hidupnya
karena mereka dapat bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Berbeda dengan
orang miskin yang tidak punya uang banyak, mereka tidak dapat bersekolah yang
lebih tinggi karena mereka tidak punya uang lagi untuk membiayai uang sekolah
seperti masuk perguruan tinggi atau SMA.
Dampak Kemiskinan
Dampak
kemiskinan di Indonesia memunculkan berbagai penyakit pada kelompok risiko
tinggi seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, dan lanjut usia. “Kita
mengakui sejak krisis ekonomi tahun 1997 jumlah penduduk miskin di Indonesia
meningkat”. Kata Azrul Azwar dari Direktorat Jenderal Bina kesehatan Depkes di
Semarang. Ia mengatakan, kemiskinan yang terjadi di Indonesia menyebabkan
cakupan gizi rendah, pemeliharaan kesehatan kurang, lingkungan buruk, dan biaya
untuk berobat tidak ada. Akibat terkena penyakit, katanya pada lokakarya
“Pengentasan Kemiskinan Melalui Pengembangan Industri Agromedicine Terpadu”,
menyebabkan produktivitas rendah, penghasilan rendah dan pengeluaran bertambah.
Kemiskinan memang tidak pernah berhenti dan tidak bosan menghancurkan cita-cita masyarakat Indonesia khususnya para generasi muda. Kemiskinan sudah banyak “membutakan” segala aspek seperti pendidikan. Sebagian dari penduduk Indonesia lantaran keterbatasan ekonomi yang tidak mendukung, oleh contoh kecil yang terjadi di lapangan banyak anak yang putus sekolah karena menunggak SPP, siswa SD yang nekat bunuh diri karena malu sering ditagih oleh pihak sekolah, anak di bawah umur bekerja keras dengan tujuan memberi sesuap nasi untuk keluarganya, dll.
Bagaimana Indonesia mau maju kalau generasi muda yang seharusnya sekolah sekarang ikut merasakan korban faktor kemiskinan.
Kemiskinan memang tidak pernah berhenti dan tidak bosan menghancurkan cita-cita masyarakat Indonesia khususnya para generasi muda. Kemiskinan sudah banyak “membutakan” segala aspek seperti pendidikan. Sebagian dari penduduk Indonesia lantaran keterbatasan ekonomi yang tidak mendukung, oleh contoh kecil yang terjadi di lapangan banyak anak yang putus sekolah karena menunggak SPP, siswa SD yang nekat bunuh diri karena malu sering ditagih oleh pihak sekolah, anak di bawah umur bekerja keras dengan tujuan memberi sesuap nasi untuk keluarganya, dll.
Bagaimana Indonesia mau maju kalau generasi muda yang seharusnya sekolah sekarang ikut merasakan korban faktor kemiskinan.
Sekarang kemiskinan juga sudah
memberikan dampak mulai dari tindak kriminal, pengangguran, kesehatan
terganggu, dan masih banyak lagi. Kemiskinan memang dapat menyebabkan beragam
masalah tapi untuk sekarang masalah yang paling penting adalah bagaimana
caranya anak-anak kecil yang sama sekali tidak mampu dapat bersekolah dengan
baik seperti anak-anak lainnya. Pertama itulah masalah yang harus dipecahkan oleh
pemerintah karena jika masalah itu tidak dapat dibereskan maka akan muncul
masalah-masalah baru yang lebih banyak lagi. Dan juga banyak orang-orang miskin
terkena penyakit tapi mereka sulit untuk berobat ke dokter karena mahal,
walapun pemerintah sudah memberikan kartu kemiskinan tapi itu tidak menjamin di
rumah sakit.
6/7.4
Pertumbuhan,Kesenjangan,dan
Kemiskinan
·
Pertumbuhan
Salah satu
penyebab utama rendahnya kualitas pertumbuhan adalah korupsi. Praktik-praktik
korupsi di segala lini kehidupan menyebabkan investasi terhambat. Pengusaha
membutuhkan dana lebih besar untuk menjalankan usahanya.Di masa Orde Baru yang
kita yakini tingkat korupsinya sangat parah, pengusaha masih bisa meraup laba
karena persaingan dari luar negeri dibatasi dengan berbagai bentuk perlindungan.Korupsi
juga menyebabkan kualitas infrastruktur rendah. Penggelembungan nilai proyek
dan pemotongan standar baku yang dipersyaratkan dalam kontrak membuat kualitas
bangunan sangat buruk sehingga cepat rusak.
Selanjutnya,
pertumbuhan yang tidak berkualitas akan membuat hampir separuh penduduk rentan
terhadap gejolak ekonomi. Sedikit saja harga-harga pangan naik membuat penduduk
yang nyaris miskin jadi benar-benar miskin, tak lagi mampu menopang kebutuhan
hidup minimumnya: 2.100 kalori per kapita sehari ditambah dengan pendidikan
dasar dan kesehatan dasar.Kalau sekadar mengurangi kemiskinan, pemerintah bisa
saja memberikan bantuan langsung tunai, pelayanan kesehatan, dan pendidikan
dasar gratis. Namun, mengisi kemerdekaan tak cukup sampai di situ. Yang harus
dilakukan adalah memerangi kemiskinan, membongkar akar-akar kemiskinan.
·
Kesenjangan
Kesenjangan
adalah adanya jarak yang cukup jauh antara 2 karakter atau keberadaan oranng
yang berbeda baik dari sector ekonomi,social,dan lain sebagainya. Dari sisi
ekonomi masyarakat, terdapat kesenjangan yang mencolok antara yang kaya dengan
yang miskin. Orang kaya jumlahnya makin banyak dan kekayaannya makin banyak
pula. Tak mau kalah, jumlah orang miskin pun makin membengkak.
Dari sisi
pendidikan pun terdapat kesenjangan, baik antarsekolah, maupun antara prestasi
individual dan kondisi pendidikan secara umum. Lihat saja sekolah yang ambruk
dengan sekolah yang megah. Tentu di sekolah yang reot itu tidak tersedia
perangkat pendidikan yang memadai. Jangankan komputer, buku saja terbatas.
·
Kemiskinan
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
6/7.5
Beberapa Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan
Ada
sejumlah cara mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang
dapat dibagi kedalam dua kelompok pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic
dominance. Yang sering digunakan didalam literatur adalah dari kelompok
pendekatan pertama dengan tiga alat ukur, yakni the generalized entropy (GE),
ukuran Atkinson dan koefisien Gini. Rumus dari GE dapat diuraikan sebagai
berikut :
nGE (α) = (1 / ( α2 – α | (1 / n) ∑ (yi / Y^)α – 1 |i=1
nGE (α) = (1 / ( α2 – α | (1 / n) ∑ (yi / Y^)α – 1 |i=1
Bank dunia mengklasifikasikan
ketidakmerataan berdasarkan tiga lapisan:
Penduduk termiskinè1 40 % penduduk berpendapatan terendah 240 % penduduk berpendapatan menengah 320 % penduduk berpendapatan tinggi
Penduduk termiskinè1 40 % penduduk berpendapatan terendah 240 % penduduk berpendapatan menengah 320 % penduduk berpendapatan tinggi
Untuk mengukur kemiskinan ada tiga
indicator yang diperkenalkan oleh foster dkk (1984) yang sering digunakan dalam
banyak study empiris. Pertama , the incidence of poverty: persentase dari
populasi yang hidup didalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita
dibawah garis kemiskinan. Indeksnya sering disebut rasio H. kedua, the depth of
poverty yang menggambarkan dalamnya kemiskinan (IJK), atau dikenal dengan
sebutan poverty gap index. Indeks ini megestimasikan jarak/ perbedaan rata-rata
pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis
tersebut yang dapat dijelaskan dengan formula berikut.
Pa = (1/n) ∑i[(z – yi)/ z]a untuk semua yi < z
Pa = (1/n) ∑i[(z – yi)/ z]a untuk semua yi < z
Temuan Empiris
Studi-studi mengenai distribusi
pendapatan di Indonesia pada umumnya menggunakan data BPS mengenai pengeluaran
konsumsi rumah tangga dari survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Data
pengeluaran konsumsi dipakai sebagai suatu pendekatan (proksi) untuk mengukur
distribusi pendapatan masyarakat. Walaupun diakui bahwa cara ini sebenarnya
mempunyai suatu kelemahan yang serius : data pengeluaran konsumsi bias
memberikan informasi yang tidak tepat mengenai pendapatan, atau tidak
mencerminkan tingkat pendapatan sebenarnya. Jumlah pengeluaran konsumsi
seseorang tidak harus sama dengan pendapatan yang diterimanya, bias lebih besar
atau lebih kecil. Misalnya, pendapatanya lebih besar tidak selalu berarti
pengeluaran konsumsinya juga besar, karena ada tabungan. Sedangkan, jika jumlah
pendapatanya rendah tidak selalu berarti jumlah konsumsinya juga rendah. Banyak
rumah tangga memakai kredit bank untuk membiayai pengeluaran konsumsi tertentu,
misalnya untuk membeli rumah dan mobil, dan untuk membiayai sekolah anak atau
bahkan liburan.
6/7.6
Kemiskinan di
Indonesia
Setelah
indonesia dilanda krisis multidimensional yang memuncak pada periode 1997-1999
dan setelah dalam kurun waktu 1976-1996 tingkat kemiskinan menurun secara
spektakuler dari 40,1% menjadi 11,3%, jumlah orang miskin meningkat kembali
dengan tajam, terutama selama krisis ekonomi. Studi yang dilakukan BPS, UNDP
dan UNSFIR menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin pada periode 1996-1998,
meningkat dengan tajam dari 22,5 juta jiwa (11,3%) menjadi 49,5 juta jiwa
(24,2%) atau bertambah sebanyak 27,0 juta jiwa (BPS,1999).
Sementara
itu, International Labour Organization (ILO) memperkirakan jumlah orang miskin
di Indonesia pada akhir tahun 1999 mencapai 129,6 juta jiwa atau sekitar 66,3%
dari seluruh jumlah penduduk (BPS, 1999). Data dari BPS (1999) juga
memperlihatkan bahwa selama periode 1996-1998 telah terjadi peningkatan jumlah
penduduk miskin hampir sama di wilayah pedesaan dan perkotaan. Di wilayah
pedesaan angka kemiskinan meningkat menjadi 67,72%, sementara di perkotaan
meningkat menjadi 61,1%. Secara agregat, persentase peningkatan penduduk miskin
terhadap total populasi memang lebih besar di wilayah pedesaan (7,78%)
dibandingkan dengan perkotaan (4,72%).
Akan tetapi, selama dua tahun terakhir ini secara absolut
jumlah orang miskin meningkat sekitar 140% atau 10,4 juta jiwa di wilayah
perkotaan, sedangkan di pedesaan sekitar 105% atau 16,6 juta jiwa (lihat
Remi dan Tjiptoherijanto, 2002). Data di atas mengindikasikan bahwa krisis telah membuat
penderitaan penduduk perkotaan lebih parah daripada penduduk pedesaan.
Menurut Thorbecke (1999), setidaknya ada dua penjelasan atas hal ini. Pertama,
krisis cenderung memberi pengaruh lebih buruk pada beberapa sektor
ekonomi utama di perkotaan, seperti perdagangan, perbankan dan
konstruksi. Sektor-sektor ini membawa dampak negatif dan memperparah
pengangguran di perkotaan. Kedua, pertambahan harga bahan makanan kurang berpengaruh
terhadap penduduk pedesaan karena mereka masih dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya melalui sistem produksi subsistem yang dihasilkan dan dikonsumsi
sendiri. Hal ini tidak terjadi pada masyarakat perkotaan yang sistem
produksi subsistemnya khususnya yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan
makanan tidak terlalu dominan pada masyarakat perkotaan. Angka kemiskinan ini
jauh lebih besar jika dalam kategori kemiskinan dimasukkan penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS) yang kini jumlahnya mencapai lebih dari 21
juta jiwa. PMKS meliputi gelandangan, pengemis, anak jalanan, yatim
piatu, jompo terlantar, dan penyandang cacat yang tidak memiliki pekerjaan atau
memiliki pekerjaan tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara
umum kondisi PMKS lebih memprihatinkan daripada orang miskin.
Selain
memiliki kekurangan pangan, sandang dan papan, kelompok rentan (vulnerable
group) ini mengalami ketelantaran psikologis, sosial dan politik terutama
menghinggapi para pemuda di negeri ini. Selain kelompok di atas, krisis ekonomi
yang terjadi meningkatkan jumlah orang yang bekerja di sektor informal.
Merosotnya pertumbuhan ekonomi, dilikuidasinya sejumlah kantor swasta dan
pemerintah, serta dirampingkannya struktur industri formal yang lebih
fleksibel. Studi ILO (1998) memperkirakan bahwa selama periode krisis
antara tahun 1997 dan 1998, pemutusan hubungan kerja terhdap 5,4 juta pekerja
pada sektor industri modern menurunkan jumlah pekerja formal (terutama
para pemuda) dari 35% menjadi 30%. Menurut Tambunan (2000), sedikitnya
setengahnya dari penganggur baru tersebut diserap oleh sektor informal serta
industri kecil dan rumah tangga lainnya. Pada sektor informal perkotaan
khususnya pedagang kaki lima mengalami peningkatan yang sangat dramatis.
Misalnya di Jakarta dan Bandung pada periode akhir tahun 1996-1999 pertumbuhan
pedagang kaki lima mencapai 300% (Kompas, 1998). Dilihat dari jumlah dan
potensinya, pekerja sektor informal ini sangat besar.
Namun
demikian, seperti halnya dua kelompok masyarakat di atas, kondisi sosial
ekonomi pekerja sektor informal masih berada dalam keadaan miskin dan rentan.
Departmen Sosial tidak pernah absen dalam mengkaji masalah kemiskinan ini,
termasuk melaksanakan Program-Program Kesejahteraan Sosial dikenal PROKESOS
yang dilaksanakan, baik secara intradepartmen maupun antardepartmen bekerja
sama dengan department-departmen lain secara lintas sektoral. Dalm garis besar
pendekatan Depsos dalam menelaah dan menangani kemsikinan sangat dipengaruhi
oleh persefektif pekerjaan sosial (social work). Pekerjaan sosial dimaksud,
bukanlah kegiatan-kegiatan sukarela atau pekerjaan-pekerjaan amal begitu saja,
melainkan profesi pertolongan kemanusiaan yang memiliki dasar-dasar keilmuan
(body knowledge), nilai-nilai (body value), dan
keterampilan (body of skills) professional yang umumnya diperoleh
melalui pendidikan tinggi pekerjaan sosial (S1, S2, dan S3).
6/7.7
Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan
identik pula dengan negara berkembang. Sebenarnya, apa yang terjadi di negara
berkembang hingga sulit untuk menjadi maju? Ada beberapa faktor penyebab yang
berasal dari individu sebuah negara yang menyebabkan mereka tetap dianggap
miskin. Faktor kemiskinan tersebut banyak sekali dihubungkan dengan beberapa
penyebab, mulai dari individu sampai masalah struktural yang menyebabkan
sulitnya mengentaskan kemiskinan.
1. Dilihat dari Faktor Individu
Penyebab individual yakni kemiskinan sebagai akibat dari perilaku
atau kemampuan dari orang tersebut. Misalnya, malas atau malah menunggu sesuatu
yang sifatnya spekulasi.
2. Dilihat dari
Faktor Keluarga
Penyebab keluarga bukan lagi faktor individu yang sering
dilontarkan oleh kelompok yang mengatakan kemiskinan tidak akan timbul jika
adanya kemauan kuat dari dirinya. Faktor ini menghubungkan kemiskinan karena
keadaan dan pendidikan keluarga.
3. Dilihat dari Faktor
Subkultural
Penyebab sub-budaya atau kebiasaan yang menghubungkan
faktor kemiskinan disebabkan oleh kehidupan sehari-hari yang dipelajari atau
dijalankan dalam lingkungannya. Karena lingkungannya sudah seperti itu, orang pun secara
tidak sengaja akan menjalani pola hidup yang sama. Misalnya, penduduk suatu
daerah bekerja sebagai tukang bangunan. Maka, secara tidak disadari, hal ini
menular kepada penduduk yang lain. Selain itu, kita sering menjumpai orang yang
berjualan berasal dari suatu daerah yang sama.
6/7.8
Kebijakan Antikemiskinan
Untuk mendukung strategi yang tepat
dalam memerangi kemiskinan diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang
sesuai dengan sasaran atau tujuan perantaranya dapat dibagi menurut waktu,
yakni jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Intervensi jangka pendek adalah
terutama pembangunan sector pertanian, usaha kecil, dan ekonomi pedesaan. Hal
ini sangat penting melihat kenyataan bahwa disatu pihak, hingga saat ini
sebagian besar wilayah Indonesia masih pedesaan dan sebagian penduduk
Indonesia.
Salah
satu contoh kebijakan Anti Kemiskinan pemerintah:
PAKET
INSENTIF 1 OKTOBER 2005
Paket
Insentif 1 Oktober 2005 merupakan bagian integral dan implementasi serta tindak
lanjut dari Paket Kebijakan 31 Agustus 2005 yang telah disampaikan oleh
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Paket ini juga didisain dalam kerangka
reformasi ekonomi untuk memperkuat fondasi perekonomian dan mempertahankan
momentum percepatan laju pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan daya saing dan
menggairahkan investasi dalam rangka penciptaan kesempatan kerja dan
pengurangan kemiskinan. Paket ini juga merupakan program insentif dan
kompensasi bagi seluruh stakeholders yang mencakup (i) kelompok rumah tangga
berpendapatan rendah; (ii) petani; (iii) pekerja dan (iv) dunia usaha (lihat
Lampiran 2 tentang rincian dan kelompok sasaran dari kebijakan) Cakupan paket kebijakan
ini terdiri dari :
Paket
Insentif Fiskal
A.
Reformasi
Regulasi dalam Sektor Perdagangan
B.
Reformasi
Regulasi dalam Sektor Perhubungan
C.
Peningkatan
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Beras dan Gabah Petani
D.
Subsidi
Langsung Tunai
---------------------
---------------------
Sumber
Referensi:
No comments:
Post a Comment